#BeraniLebih Berusaha Mengejar Cita-cita

Bagi saya, sekolah ke luar negeri itu mustahil bila tanpa beasiswa. Itu sebabnya sejak lulus S1 saya giat sekali mengejar beasiswa. Entah itu berupa summer course atau pendidikan S2. Setiap pagi sebelum mulai bekerja, dengan niatnya saya membuka situs-situs yang memberikan informasi beasiswa. Tips dan trik mendapatkan beasiswa saya baca beberapa kali. Buku TOEFL nangkring manis di sebelah bantal, untuk dibaca dan dikerjakan sebelum tidur setiap malam. Setiap ada beasiswa yang membuka pendaftaran, langsung saya serbu dengan semangat. Fotokopi dokumen sana-sini. Menghubungi dosen-dosen yang kiranya bisa membuatkan saya surat rekomendasi, sampai memberanikan diri menulis email kepada Direktur Utama tempat saya bekerja untuk sebuah surat rekomendasi. Tidak sedikit aplikasi yang saya kirimkan, sebut saja AMINEF, DAAD, NESO, AAS, New Zealand ASEAN Scholarship, sampai beasiswa yang diberikan oleh beberapa universitas di Eropa sana. Hasilnya? Nihil. Entah berapa banyak surat penolakan yang saya terima. Hingga akhirnya saya memutuskan menikah saja karena saya tak kunjung mendapatkan beasiswa yang saya mau.

Alhamdulillah setelah menikah, saya langsung hamil. Otomatis mimpi mengejar beasiswa tertimbun dalam-dalam. Ritual membuka situs beasiswa dan latihan TOEFL terlupakan sudah, sampai muncul email yang menyatakan bahwa saya lulus tahap pertama Australia Award Scholarship #jreng2

Sebagai emak-emak yang lagi hamil 5 bulan, tentu saja pertimbangannya jadi banyak. Padahal baru tahap pertama, masih ada dua tes lagi, yaitu IELTS dan wawancara, tapi tetap saja banyak sekali kekuatiran yang saya rasakan. Pada saat itu, pikiran pertama jatuh kepada bagaimana nasib anak saya nanti kalau saya harus kuliah lagi?? Apakah saya harus melepaskan cita-cita saya yang sudah saya inginkan dari sejak lama hanya karena saya hamil? Setelah shalat istikharah dan berdiskusi panjang, akhirnya saya memutuskan untuk #BeraniLebih berusaha mengejar cita-cita meskipun itu berat bagi semua pihak. Bukan hanya saya, tetapi juga calon bayi dan suami. Saya sadar keputusan saya saat itu memiliki konsekuensi yang berat bagi banyak pihak.

Dengan tekad (dan sedikit nekat), alhamdulillah saya berhasil mendapatkan beasiswa yang saya mau, merawat dan membesarkan si bayi tadi yang sekarang hampir 3 tahun umurnya. Menjalankan peran orang tua dan mahasiswa secara bersamaaan karena suami juga mendapatkan beasiswa di salah satu universitas negeri di Bandung, hingga kami kembali tidak bisa tinggal dalam satu atap.

Dan sekarang saya disini, di salah satu perpustakaan University of Queensland, menuliskan cerita ini dengan harapan banyak ibu-ibu di luar sana yang semakin #BeraniLebih mengejar cita-cita mereka. Apapun itu, seberat apapun itu, percayalah bahwa kepuasan ini tidak akan terbeli dengan uang. Jangan pernah putus asa, karena kita tidak pernah tahu kapan Allah mengabulkan doa dan usaha kita. Tetap semangat, tetap berani!

Salam #BeraniLebih dari Negeri Kanguru,

Brisbane  24.04.15

Dwi Indah Lestari

Facebook: https://www.facebook.com/dwi.i.lestari.9

Twitter: https://twitter.com/ui_cwi_cupri

22 Comments Add yours

  1. wiiihhhh…kereeennn mbak…harus semangat mengejar cita2 nih ya 🙂

    1. Makasi maaak, bener, harus semangat. Kalo ngga semangat, semuanya jadi terasa berat ☺️

  2. mama nisa says:

    Kereeeen Maak Mada!

    1. Makasi mama nisaaa.. Dirimu pun juga kereeeen 😚

  3. ophi ziadah says:

    Good luck utk studynya mak…
    Seneng yaa bs tetep bareng keluarga walopun harus sekolah jauh dr tanah air

    1. Makasi mak Ophi, iya seneng walopun cuma ditemani Mada ☺️

  4. zefy arlinda says:

    selamat ya mbakkkkk 🙂
    jadi pengen juga dapat beasiswa

    1. Makasiiii..Ayo mba Zefy, mulailah dari hal kecil yang bisa dikerjakan. Contohnya: browsing negara mana aja yang kira-kira ngasih stipend gede 😝

  5. Vita Masli says:

    Akupun juga lagi mengejar S2 Makk… doakan aku juga yah.

    1. Insya Allah maak, jangan nyerah yaaah.. We never know 😊

  6. nyonyasepatu says:

    Dwi, tulisannya menginspirasi bgt

    1. Thanks mba. Semoga bisa memberi semangat untuk ibu-ibu lainnya 😊

  7. arifah wulansari says:

    Keren…inspiratif banget mak 🙂

    1. Matur nuwun sanget mak, semoga emak-emak yang lain bisa ikut semangat mengejar cita-citanya. 🙂

  8. senengutami says:

    wow
    beraninya mbk Dwi.
    terus anak dan suaminya dimana Mbak ?
    ikut di Australia juga??

    1. Suami di Indonesia mba Tami, kalau Mada ikut sama saya di Brisbane. Matur nuwun sudah mampir sini mba 😊

      1. senengutami says:

        SAMA-SAMA 🙂

  9. Swastika Nohara says:

    Setuju banget!!! Mimpi ada bukan untuk dikubur, tapi untuk dikejaaaar! Semangaaat 🙂

    1. Terima kasih mba 🙂 sudah di penghujung jadi semakin menikmati detik-detik terakhir.
      Oh iya, mau tanya, mbak Swastika kenal sama Ni Luh Made Ashana Puri kah? panggilannya Puri. Karena kayaknya pernah liat di FB dan Puri komen di FB mba.
      🙂

      1. Swastika Nohara says:

        Hahaha… Iya, kenal Puri. Temannya Puri?

      2. Bukan mba, Puri itu sepupu saya tersayang 🙂

      3. Swastika Nohara says:

        Ooooh… salam buat Puri ya 🙂

Leave a reply to arifah wulansari Cancel reply